Bedtime Story Untuk Anak Besar?
Kenapa Tidak!

Sepertinya hanya beberapa malam yang lalu Parents meringkuk dengan anak membaca, membantu mereka membalik halaman dengan diiringi tawa cekikikan dan kegembiraan.
Kebanyakan dari kita berpikir saat-saat seperti itu hilang setelah anak-anak kita belajar membaca secara mandiri — tetapi ternyata tidak harus!

Terus tingkatkan keterampilan membaca anak dengan rutinitas “bedtime story” di malam hari.

Anak Parents mungkin sudah lebih besar sekarang, tetapi rutinitas membaca yang Parents mulai saat lahir masih bermanfaat.
Rutinitas membaca setiap hari mengembangkan kefasihan bahasa dan kebiasaan membaca yang sehat.
Dengan membuat kegiatan ini menjadi sebuah ritual, Parents dapat membantu mereka menjadi pembaca yang lebih baik di kemudian hari.

 

Berikut adalah tiga alasan mengapa penting untuk terus membacakan buku untuk anak-anak yang lebih tua sebelum tidur.

1. Mempertahankan Ikatan

Dengan menjaga rutinitas waktu tidur masa kecil mereka tetap hidup, orang tua dan anak dapat menghabiskan waktu berkualitas bersama.
Selain itu, Parents dapat mengintip bagaimana anak melihat dunia melalui komentar yang mereka buat tentang plot , karakter, dan latar cerita.

“Karena orang tua memasuki dunia anak melalui jalan yang aman dari pihak ketiga — yaitu sebuah karakter fiktif —
orang tua akan memiliki lebih banyak wawasan daripada yang pernah didapatkan dengan bertanya, ‘Jadi, bagaimana harimu?’” kata Michelle Anthony, Ph.D., seorang psikolog anak di Denver.

Dalam mendiskusikan teks dan minat anak, Parents mungkin juga menemukan kesamaan pendapat!

 

2. Meningkatkan Keterampilan Membaca

Ketika anak-anak mencapai kelas atas, tuntutan membaca meningkat, namun instruksi membaca satu per satu tidak.
Membaca nyaring (read aloud) untuk anak-anak membangun kosa kata dan keterampilan keaksaraan yang penting.
Misalnya, anak mendengar saat Parents membaca dengan suara keras dengan ekspresi, jeda untuk tanda baca, menaikkan dan menurunkan suara seiring dengan tindakan, dan mempercepat atau memperlambat tempo untuk menunjukkan tingkat ketegangan dalam teks.
Mendengarkan seseorang membaca — terutama buku yang lebih susah — memungkinkan anak untuk menyerap kata dan kalimat yang kompleks, yang mendukung keterampilan menulis dan pemahaman bacaan.

 

3. Menanamkan Perspektif Baru

Membaca dengan nyaring bersama anak-anak, terutama siswa kelas empat dan lima, mendorong mereka untuk menganalisis dan merenungkan teks, kata Krista Granieri, seorang profesor literasi di New York yang juga mengajar kelas pendidikan khusus sekolah dasar.
Saat membacakan untuk murid-muridnya, Granieri berpikir keras — membuat pengamatan perbandingan dan kontras pada teks.

Misalnya, jika orang tua sedang membaca buku dengan anak yang menampilkan seekor anjing, Parents mungkin bisa melakukan:
“Seekor anjing Pomeranian berbulu putih! Sama seperti anjingnya Tante Rosa, Coco, ya. Tapi Coco bulunya cokelat.”

Selain berpikir lebih kritis daripada yang mereka bisa, pembaca yang fasih juga dapat menghargai karya penulis.
Jika anak cukup sering mendengar tulisan yang bagus, itu mengembangkan telinga mereka, kata Granieri, dan mereka akan dapat menirunya dalam tugas sekolah mereka.

 

6 Tips untuk Membangun Rutinitas Read Aloud

Jika jadwal sepulang sekolah yang sibuk atau pekerjaan rumah menyebabkan anak menutup buku, inilah yang dapat orang tua lakukan untuk menjadikan waktu membacakan sesuatu yang mereka nantikan.

1. Perkenalkan kembali Bacaan Bersama Secara Bertahap 

Mulailah dengan dua hari sekali, tapi tetap beri anak waktu untuk membaca secara independen.
Misalnya, Parents bisa membaca nyaring sedikit bersama anak sebelum atau setelah mereka membaca sendiri sebentar.

 

2. Bergiliran Menceritakan 

Orang tua dan anak bisa bergantian membaca setiap berganti halaman atau bab.
Dengan cara ini, anak terus menguasai kefasihan membaca mereka.
Bahkan anak yang lebih tua dapat mengalami kesulitan dalam pengucapan, terutama kata-kata dengan banyak suku kata.

 

3. Pilih Buku Dengan Film atau Serial Pendamping 

Mereka yang tertarik pada game, serial di platform streaming, atau film akan senang karena karakter layar favorit mereka memiliki petualangan paralel di halaman buku.

Contohnya, jika akhir pekan di rumah berarti malam menonton film, Parents dapat membaca novel ilustrasi karya seniman pemenang Caldecott Honor, Brian Selznick, ‘The Invention of Hugo Cabret’ sebelum menonton film adaptasinya ‘Hugo’ karya Martin Scorce.

 

4. Jangan Batasi Membaca Hanya Saat Menjelang Tidur 

Kegiatan membaca bersama dapat dilakukan di mana saja, kapan saja.
Jika anak mungkin lebih tertarik atau terbuka untuk mendengarkan di pagi hari atau sebelum makan malam, Parents perlu mencobanya.
Menyimpan berbagai buku dan bahan bacaan di rumah memastikan anak akan menemukan sesuatu yang ingin mereka baca kapanpun dan di manapun.

 

5. Ganti Bahan Bacaannya

Tidak hanya buku bergambar atau novel, orang tua bisa membaca nyaring dari novel grafis, e-book, atau artikel berita.

Linda Doherty, orang tua dari seorang anak perempuan berusia 11 tahun, mengatakan bahwa membaca bersama artikel berita tentang penampilan Miley Cyrus di acara penghargaan musik mengilhami percakapan antara orang tua dan anak.
“Membaca artikel bersama memicu diskusi tentang apakah kinerja Miley bagus atau tidak, dan mengapa,” kata Doherty.
Itulah yang Parents inginkan terjadi saat membaca bersama anak – komunikasi terbuka dan banyak ikatan.

 

6. Baca Ulang Favorit Mereka (Meskipun Itu Buku Bergambar)

Orang tua mungkin dapat mengingat hari-hari ketika anak meminta untuk membaca ulang buku yang sama berulang kali.
Membaca ulang kesannya tidak penting dan membosankan padahal dengan membaca ulang, anak akan mendapatkan lebih banyak info – yang sebelumnya mungkin mereka lewatkan.

 

Parents mungkin memiliki kekhawatiran tentang tingkat membaca anak, tetapi anak-anak mendapatkan sesuatu dari sebuah buku setiap kali mereka membacanya.
Pada akhirnya, yang paling penting adalah mereka menikmati membaca.

 

Sumber: Scholastic