Anak-anak Parents sudah mulai lancar membaca?
Apakah ini saat yang tepat untuk mengenalkan mereka pada buku cerita yang lebih sulit?
Buku dengan beberapa bab atau buku dengan gambar ayng lebih sedikit dan kalimat
yang lebih banyak merupakan level berbeda bagi anak-anak.
Bukan hanya tentang tebalnya buku, buku dengan cerita lebih panjang sering pula
memiliki tingkat komprehensi yang lebih sulit.
Namun, buku-buku seperti itulah yang penting dibaca anak yang semakin besar
karena buku-buku di sekolahpun juga akan semakin lebih sukar.
Lalu bagaimana caranya mengenalkan buku-buku yang lebih kompleks pada mereka?

1. Consider age-appropriateness.
(Utamakan buku sesuai usia)

Buku yang sesuai usia harus memiliki bahasa yang sesuai dan cerita yang sesuai pula.
Banyak orang tua berpikir bahwa buku dengan banyak bab untuk anak-anak
berarti novel-novel tebal seperti serial Harry Potter.
Padahal orang tua harus juga memahami kemampuan visualisasi anak.
Buku cerita fantasi seperti Harry Potter akan sulit dipahami anak-anak di awal
sekolah dasar karena penuh dengan narasi dan deskripsi yang sangat imajinatif.

2. Start with chapter books targeted at early readers.
(Mulai dengan buku berbab untuk pembaca pemula)

Jenis-jenis buku yang masih memiliki ilustrasi di sebagian besar halaman dengan
kalimat-kalimat yang lebih banyak dari buku cerita bergambar sangat cocok bagi
pembaca pemula.
Anak-anak masih bisa terbantu dalam memvisualisasikan cerita melalui gambar yang ada
namun mereka juga bisa berlatih membaca kalimat lebih banyak.

3. Continue reading picture books as well.
(Lanjutkan membaca buku cerita bergambar)

Transisi adalah kunci bagi orang tua yang ingin meningkatkan kemampuan baca anak.
Dengan masih memberikan mereka buku cerita bergambar, anak-anak akan terbantu saat
harus membuat imaji visual di buku tanpa gambar.
Saat mereka membaca buku tanpa atau dengan gambar yang sedikit, minta mereka untuk
membayangkan dan mengkreasikan gambaran-gambaran dalam pikiran mereka sesuai kata-kata
yang ada di cerita.

4. Keep asking pre-during-after reading questions.
(Tetap tanyakan pertanyaan sebelum-selama-sesudah membaca)

membuat kegiatan membaca menjadi interaktif tidak hanya diperlukan saat membaca buku
cerita bergambar saja, Parents.
Tetap ajak anak membuat prediksi sebelum mereka membaca, bertanya apa yang akan terjadi selanjutnya
dan diskusikan cerita setelah selasai membaca.
Orang tua juga bisa dengan lisan bertanya seperti, “Hmm, kira-kira kenapa ya si A merasa cemas?”
Sehingga anak akan terbiasa dengan proses berpikir-lantang yang akan memperdalam komprehensi
membaca mereka.

5. Don’t stop reading aloud for them.
(Jangan berhenti membaca nyaring untuk anak-anak)

Meskipun anak sudah semakin mandiri dalam membaca, tetap lakukan membaca nyaring ya, Parents.
Kegiatan membaca nyaring juga bisa diteruskan hingga mereka pra-remaja, lho.
Parents bisa bacakan buku di atas level komprehensi mereka, sehingga mereka semakin terekspos
dengan bacaan yang berkualitas yang akan sangat membantu cara berpikir mereka.
Tidak harus dilakukan setiap hari, namun kegiatan ini juga bisa menjadi aktifitas bonding
bagi orang tua dan anak.

 

Membesarkan anak menjadi seorang pembaca memang memiliki proses yang panjang dan tidak berkesudahan
ya, Parents. Orang tua harus rajin menyuguhkan buku-buku yang bervariasi, membacakan
buku dengan nyaring, berdiskusi tentang buku yang dibaca dan banyak hal lainnya.
Namun, dengan banyaknya waktu yang dipakai untuk membaca, anak-anak akan memiliki kemampuan
baca yang semakin baik pula. Komprehensi membaca yang baik akan memberikan pengaruh yang baik pula.
Selalu sempatkan membaca buku untuk dan dengan anak-anak, ya Parents.

Sumber: Scholastic