Pentingnya ‘Pretend Play’ untuk Anak-anak
‘Pretend Play’ terkesan begitu sederhana namun apa yang terjadi ketika anak-anak menggunakan imajinasi mereka dan berpura-pura saat bermain sebenarnya sangat kompleks dan sangat baik untuk perkembangan mereka.
Kekuatan imajinasi anak-anak adalah hal yang menakjubkan untuk dilihat. Yang mereka butuhkan hanyalah waktu, ruang, dan dorongan orang tua, dan mereka bisa menjadi apa saja dan pergi ke mana saja, hanya dengan berpura-pura. Mereka mengarang cerita dan petualangan dan menciptakan seluruh dunia dan dialog dan rangkaian aksi secara alami, bahkan tanpa memikirkannya—ini adalah kreativitas dalam bentuknya yang paling murni. Proses penggunaan kata-kata saat mereka berimajinasi akan membantu anak mengerti hubungan antara bahasa lisan dan tulisan – suatu skill yang sangat berguna nanti ketika mereka mulai belajar membaca.
‘Pretend Play’ memungkinkan anak-anak untuk mencerminkan apa yang mereka alami di dunia sekitar dan menciptakan kembali hubungan sosial melalui permainan.
Anak-anak memahami dunia dan meniru interaksi sosial yang mereka lihat di sekitar mereka melalui permainan imajinatif dengan teman, saudara , orang tua, dan bahkan mainan. Anak-anak akan berbagi dengan boneka beruang, memeriksa, memuji mereka karena berbagi, atau membuatkan mereka teh di pesta teh.
Bermain pura-pura tidak hanya menggemaskan, tetapi juga merupakan cara yang bagus bagi anak-anak untuk mempraktikkan keterampilan interpersonal dan dinamika yang mereka pelajari.
Selain itu, permainan ini juga mendorong kerjasama dan resolusi konflik. Jika anak Parents dan temannya ingin menjadi putri raja yang sama saat bermain, mereka mungkin memutuskan untuk bergiliran. Atau anak mungkin belajar memainkan permainan yang kakaknya ingin mainkan dengan imbalan janji bahwa mereka akan memainkan permainan mereka lain kali.
Sayangnya, banyak anak yang mulai jarang bermain ‘Pretend Play’ karena lebih asyik melihat layar gawai. Apa yang bisa Parents lakukan?
Tips bermain ‘Pretend Play’ dengan anak-anak
1. Biarkan anak-anak memilih bermain sendiri dan bersama teman atau dengan orang tua.
Ketika anak-anak bermain sendiri, mereka dapat membuat permainan mereka sendiri dan membiarkan imajinasi mereka memimpin mereka. Ketika mereka bermain dengan Parents atau dengan teman-teman, mereka melatih keterampilan sosial dan emosional sambil menggunakan imajinasi mereka. Keduanya penting dan berharga.
2. Biarkan mereka memimpin.
Saat orang tua bermain dengan anak-anak, cobalah untuk tidak membimbing mereka. Jika mereka meminta bantuan atau ide, Parents dapat memberikan beberapa petunjuk. Tetapi sebagai aturan umum, biarkan anak memimpin dan mencari tahu apa dan bagaimana cara bermain. Jangan koreksi mereka ketika mereka tidak mengikuti instruksi dan menggunakan mainan dengan cara baru dan kreatif. Tentu, menyenangkan untuk membangun truk atau bangunan sesuai dengan instruksi manual yang disertakan dengan set Lego. Tapi ketika anak-anak memutuskan untuk mencampur dan mencocokkan bagian dari set yang berbeda untuk membuat desain dan skenario mereka sendiri itu juga bagus. Biarkan anak tahu bahwa Parents menyukai kreasi dan ide mereka.
3. Sejajarkan tatapan (face-to-face)
Bermain secara sejajar dengan level penglihatan mereka seperti bermain di lantai atau saling berhadapan di meja. Dengan cara ini, anak akan merasa terhubung dengan orang tua, dan dia akan dapat melihat wajah, gerak tubuh, dan tindakan berpura-pura Parents.
4. Perhatikan minat anak.
Setelah Parents mengeluarkan beberapa mainan pura-pura, perhatikan dan lihat apa yang menarik minatnya. Jika dia mengangkat telepon mainan, mainkanlah. Jika dia mulai mendorong truk, mainkan truk. Anak akan termotivasi untuk bermain dengan Parents jika orang tua mengikuti jejaknya.
5. Jangan mengeluarkan terlalu banyak mainan sekaligus.
Hal ini dapat menjadi luar biasa bagi beberapa anak. Pilih beberapa mainan utama yang mungkin disukai anak.
6. Jika anak belum tahu cara berpura-pura – Parents mungkin perlu memulai permainan.
Ambil mainan yang disukai anak dan lakukan sendiri satu tindakan sederhana untuk memberi ide pada mereka. Misalnya, Parents dapat mengambil cangkir mainan dan berpura-pura minum, dengan mengatakan “mmm…jus enak”. Kemudian letakkan cangkir di depan anak dan tunggu apakah dia meniru. Jika tidak, mainan itu mungkin tidak menarik bagi anak Parents. Coba amati minat anak untuk menentukan apakah ada hal lain yang lebih menarik baginya.
7. Tiru tindakan berpura-pura anak.
Amati apa yang dilakukan anak dengan mainannya, lalu tiru tindakannya. Ini kemungkinan akan memotivasi anak untuk melakukan lebih banyak tindakan berpura-pura! Pada akhirnya, orang tua dapat mencoba memperkenalkan tindakan baru tetapi terkait dengan permainan tersebut. Misalnya, jika anak mendorong truk sampah, Parents dapat mencoba menambahkan beberapa balok ke bagian belakang truk sampah dan membuangnya keluar. Lakukan ini sekali, lalu tunggu untuk melihat apa yang dilakukan anak selanjutnya.
8. Menjaga ini tetap sederhana.
Tidak perlu memperkenalkan terlalu banyak ide pura-pura baru sekaligus. Anak-anak menyukai pengulangan dan belajar darinya, sehingga mereka kemungkinan akan senang berlatih tindakan berpura-pura baru berulang kali.
9. Bergiliran.
Ketika anak-anak tidak terlalu banyak berpura-pura, mudah untuk mengambil alih permainan sebagai upaya untuk menunjukkan kepada anak apa yang harus dilakukan. Setelah Parents melakukan sesuatu dengan mainan, pastikan untuk berhenti sejenak dan menunggu agar anak mendapat giliran untuk melakukan sesuatu. Dengan cara ini, permainan bersama akan menjadi “percakapan” bolak-balik, di mana masing-masing memiliki kesempatan untuk mengatakan atau melakukan sesuatu.
10. Perkenalkan ide-ide baru.
Untuk anak-anak yang dapat menghubungkan beberapa tindakan pura-pura yang sudah dikenal bersama-sama, tujuannya adalah untuk mendorong tema-tema yang kurang akrab.
Misalnya, jika seorang anak senang berpura-pura dengan kendaraan, Parents dapat memperkenalkan tema yang kurang familiar dengan meminta mobil mogok dan membawanya ke montir. Atau mungkin pahlawan super bisa mengendarai mobil saat mereka menyelamatkan hari! Atau jika seorang anak senang bermain boneka, orang tua bisa memperkenalkan ide peri datang mengunjungi boneka itu, atau mungkin boneka itu bisa mengunjungi istana untuk melihat sang putri.
Setiap kali Anda pergi ke suatu tempat baru dengan mereka, ini menjadi bahan baku untuk bermain pura-pura. Perjalanan ke kebun binatang dapat memicu tema permainan yang sama sekali baru untuk anak-anak. Buku juga memungkinkan Parents untuk memperkenalkan tema imajiner yang dapat dimasukkan ke dalam permainan pura-pura.
verywellfamily.com hanen.org
Recent Comments