Anak-anak sangat suka mendengarkan cerita,
entah itu dongeng karya orang tua atau dari buku yang dibacakan pada mereka.
Semakin sering orang tua membacakan buku, semakin fasih dalam pemahaman bacaan.

Namun, jangan hanya berhenti di ‘membaca untuk anak’ saja.
Lakukan hal-hal ini agar anak semakin berkembang pula kemampuan kognitifnya.

 

1. Perhatikan isyarat dari anak saat dibacakan buku.
Saat mereka dibacakan cerita, dengarkan dan perhatikan bahasa tubuh anak.
Apakah mereka menyukai ceritanya? Apakah kata-katanya terlalu sulit?
Apakah mereka memerhatikan gambar saja?

Parents perlu peka dan ajak anak untuk selalu terlibat selama kegiatan membaca.
Hindari memberikan instruksi seperti “Lihat Ibu Domba sedang memasak nih, pasti anak-anaknya lapar.”
dan ganti dengan pertanyaan seperti “Ibu Domba sedang apa ya? Kenapa ya dia memasak?”

2. Bertanya pada anak sebelum-selama-sesudah membacakan buku.
Orang tua yang bertanya banyak pertanyaan melibatkan anak dengan lebih baik secara
menyenangkan dan informatif.
Tanya tentang sampul buku sebelum membaca dan minta mereka menebak alur ceritanya.
Saat membacakan cerita, tanya jika mereka menemui kesulitan dalam memahami atau jika
ada kata-kata yang susah. Minta mereka pula untuk menebak kelanjutan cerita.
Tutup sesi membaca dengan berdiskusi tentang bagian cerita favorit, pengalaman
dan perasaan mereka tentang cerita tersebut.
Pertanyaan-pertanyan tidak hanya membantu anak mendapatkan pengetahuan baru namun
juga melatih cara pandang mereka serta dapat meningkatkan hubungan emosional orang
tua dan anak.

3. Ikut berimajinasi & tidak hanya sekedar membacakan
tulisan atau menceritakan gambar.
Banyak orang tua yang hanya membacakan cerita namun tidak ikut berimajinasi.
Padahal, anak-anak sangat hebt dalam berimajinasi dan orang tua perlu
memberi wadah untuk itu.
Saat membacakan sebuah cerita, orang tua perlu melibatkan imajinasi anak
seperti melalui pertanyaan “Jika kamu jadi si Serigala, apa yang akan kamu lakukan?”
Tunggu anak menjawab dan balas dengan “Jika Ayah jadi Serigala, Ayah akan…”
Anak-anak akan merasa lebih dekat dengan orang tua jika orang tua meluangkan
waktu untuk sama-sama berimajinasi.

4. Menambahkan detail yang relevan dan logis.
Selain ikut berimajinasi, tugas orang tua juga dalam memberikan detail cerita yang
relevan dan logis.
Banyak cerita anak-anak yang berjalan cukup cepat. Contohnya: Suatu saat Ibu Domba pergi
berbelanja dan tiba-tiba Serigala datang dan memakan Anak-anak Domba.
Orang tua perlu memberikan detail seperti “Serigala yang sudah lama memperhatikan
keluarga Domba melihat Ibu Domba pergi dan tahu jika Anak-anak Domba sendirian di rumah,
jadi dia merasa ini waktu yang tepat untuk memakan Anak-anak Domba.”

Detail seperti si serigala yang sudah memperhatikan keluarga Domba
membuat cerita lebih logis, relevan dan menarik.

5. Bahas pula konsep abstrak yang tidak tertulis di cerita.
Salah satu yang sering terlupakan adalah membahas hal abstrak yang tidak
tercantum di cerita atau terilustrasikan di gambar.
Orang tua yang membahas tentang emosi dan pemikiran karakter-karakter cerita dapat pula
melatih anak memahami perasaan orang lain dengan lebih baik.
Anak-anak juga dapat memiliki kemampuan berteman lebih baik dan meningkatkan memori dan
kemampuan kognitif mereka.
Pembahasan bias dilakukan melalui pertanyaan dan diskusi seperti “Kalau kamu di rumah
sendirian, bagaimana rasanya? Apa yang kamu pikirkan?”
“Apa yang Anak-anak Domba pikirkan saat mereka membuka pintu dan melihat si Serigala?”
“Bagaimana perasaan mereka saat si Serigala masuk ke rumah mereka?”

 

Kegiatan membaca bukanlah kegiatan pasif dimana anak hanya membaca atau mendengarkan
cerita saja. Dengan melakukan hal-hal di atas, kegiatan membaca menjadi lebih
menyenangkan, informatif dan tentunya dapat memberikan lebih banyak keuntungan
bagi anak-anak.