Tontonan seperti apa yang anak ingin lihat?

Menonton acara televisi ataupun video di gawai adalah salah satu hiburan favorit anak-anak.
Terlebih mereka yang tumbuh sebagai digital native akan tidak mudah lepas dari layar gawai.
Banyak sekali jenis konten audio visual di luar sana hingga kadang orang tua susah mengikuti apa saja yang anak suka tonton.

Tahukah Parents bahwa anak-anak didorong oleh dua faktor motivasi dalam memilih tontonan.

Faktor pertama adalah dengan siapa mereka menonton
Dengan siapa mereka menonton relatif cukup jelas:
Apakah anak-anak menonton pertunjukan sendirian, atau apakah mereka duduk bersama teman atau keluarga mereka untuk menikmati pengalaman bersama?
Penelitian “Kids and the Screen” menyebutkan bahwa 79% responden anak memilih menonton karena ingin menghabiskan waktu bersama keluarga atau teman.
Titik keputusan ini berimplikasi pada jenis acara yang mereka tonton, dan juga perangkat atau pengaturan tempat mereka mengonsumsi konten tersebut.
Karenanya sangatlah penting untuk tetap mendampingi anak-anak saat mereka menonton.
Meskipun tayangan tersebut ditujukan khusus untuk anak-anak, orang tua bisa ikut menonton dan bersama-sama bergembira sebagai bagian dari quality time.

Lalu bagaimana ketika orang tua tidak bisa mendampingi?
Saat ada ajakan menonton di bioskop dari teman-temannya contohnya, penting untuk mengetahui batasan usia yang telah diberikan oleh lembaga sensor film.
Membaca sinopsis, review atau pengalaman penonton yang sudah melihat film tersebut akan bisa membantu Parents memutuskan anak boleh menonton atau tidak.

Sedangkan faktor kedua anak memilih tontonan yaitu bagaimana perasaan mereka saat itu.
Konten yang dinamis dan mengisi cangkir emosi dengan humor atau kegembiraan adalah tujuan anak-anak menonton.
Anak-anak sering memilih konten berdasarkan apakah mereka ingin lebih aktif (bersemangat, terpecik rasa ingin tahunya) atau bersantai (tenang, terhibur).
Ini mungkin keputusan bawah sadar tetapi pada akhirnya membentuk jenis konten yang dipilih anak-anak untuk dinikmati.
Mungkin di siang hari, mereka suka melihat tontonan dengan lagu pengiring yang riang karena mereka masih memiliki energi dan tubuh mereka masih ingin bergerak aktif.
Di malam hari setelah belajar, tontonan ringan yang membuat mereka tertawa akan membantu mereka rileks sebelum tidur.

Bagaimana memilih tontonan yang menarik namun juga aman ditonton?
1. Mengaktifkan ‘Parental Control’
Pastikan Parents sudah mengatur aplikasi menonton dalam gawai atau TV agar aman untuk anak.
Namun, pendampingan adalah kontrol terbaik.
Karena walaupun anak menonton kartun di YouTube dengan ‘Parental Control’ yang sudah diatur, masih banyak oknum yang membuat video kartun dengan thumbnail, judul dan isi untuk anak namun diselipi cerita yang tidak baik.

2. Riset lebih dulu
Sisihkan waktu untuk mencari tontonan apa saja yang cocok untuk usia anak.
Tidak semua film kartun yang ada bisa ditonton.
Bahkan dengan rating Semua Umur pun, setiap film kartun biasanya memiliki target usia sesuai cerita.
Jika anak masih balita, film kartun seperti Frozen sebenarnya belum cocok ditonton karena ditujukan untuk anak di atas usia 5 tahun.
Parents bisa mencari tahu target usia suatu film di website atau media sosial resmi pembuatnya.

Selain itu, membaca sinopsis untuk mengetahui garis besar cerita juga penting, Parents.
Alur cerita film bisa bergerak dengan cepat dan Parents perlu bersiap untuk ditanya oleh anak jika mereka kurang bisa mengikuti cerita.

3. Tanyakan preferensi & perasaan anak
Karena anak menonton juga untuk mendapat pengalaman secara emosional, Parents perlu berdiskusi dulu sebelum memutuskan menonton suatu film.
Jika anak sedang merasa bersemangat, menonton film yang memiliki alur cerita yang mengharukan tentu tidak akan menarik bagi mereka.

Kegiatan menonton baik itu tayangan akrtun ayng singkat atau film di bioskop adalah salah satu sumber hiburan yang mudah didapat.
Mari buat memori indah bagi anak-anak dengan memberikan tontonan yang bisa memperkaya dan mendukung pertumbuhan mereka.

Berbagai sumber