11 Jenis Permainan Penting untuk Tumbuh Kembang Anak

Anak-anak suka bermain, dan meskipun tampaknya bermain hanya untuk bersenang-senang, waktu bermain sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
Bermain menawarkan anak-anak kesempatan untuk belajar dan melatih keterampilan baru.
Melalui bermain anak-anak belajar untuk mengenal diri, berpartisipasi dan bersosialisasi dengan orang lain, bergiliran, menjadi bagian dari tim, bekerja sama, dan berbagi atau mendapatkan informasi penting.
Seperti semua hal yang berhubungan dengan evolusi manusia, bermain juga kompleks, dapat melibatkan beberapa tahapan dan terbagi dalam berbagai kategori.
Pada artikel ini, kita akan melihat sebelas jenis permainan yang sangat penting untuk perkembangan anak.

 

1. Unoccupied Play (Permainan ‘Bebas’ atau Kosong)

Unoccupied Play adalah tahapan pertama bermain yang terjadi sejak anak lahir sampai usia tiga bulan dan merupakan permainan paling dasar yang dilakukan oleh anak-anak.
Jenis permainan ini biasanya tidak terlihat seperti permainan sama sekali.
Namun, ketika bayi mengamati sekelilingnya atau membuat gerakan acak yang tampaknya tidak memiliki tujuan, ini sebenarnya adalah permainan kosong.
Permainan ini melatih anak untuk bergerak, bebas berpikir, dan berimajinasi.

Orang tua tidak perlu melakukan sesuatu yang khusus untuk mengembangkan jenis permainan ini.
Bayi melakukannya secara naluriah.
Namun, penting untuk membiarkan bayi bereksplorasi, meskipun hanya menggoyangkan tangan dan kaki mereka di udara.

 

2. Solitary Play (Permainan Independen)

Jenis permainan ini mengajari anak-anak cara menghibur diri, salah satu langkah untuk menjadi mandiri.
Setelah bayi dapat berinteraksi dengan mainan, seperti dengan menggenggam mainan, mereka mulai beralih ke permainan mandiri.

Mainan untuk bermain mandiri dapat berupa apa saja yang dapat dimainkan sendiri oleh bayi, balita, atau anak prasekolah, seperti boneka binatang, balok, figur mainan, kostum pakaian, alat musik, alat bermain, boneka, mainan dorong, dan buku.
Setiap anak dapat bermain secara mandiri, tetapi jenis permainan ini paling sering terjadi pada anak-anak berusia antara dua dan tiga tahun.
Pada usia tersebut, anak-anak masih cukup fokus pada diri sendiri dan kurang memiliki keterampilan komunikasi dan berbagi yang baik.
Jika seorang anak pemalu dan tidak mengenal teman bermainnya dengan baik, mereka mungkin lebih suka jenis permainan ini di usia yang lebih tua.

Anak-anak prasekolah dan anak-anak yang lebih tua dapat terus memilih permainan mandiri bahkan setelah belajar bermain dengan baik dengan orang lain karena memberikan kesempatan unik untuk mengeksplorasi minat mereka sendiri dengan cara mereka sendiri.

 

3. Onlooker Play (Permainan Mengamati)

Dalam Onlooker Play, seorang anak hanya mengamati anak-anak lain bermain dan tidak ikut serta dalam aksi tersebut.
Mereka mungkin juga memperhatikan apa yang Parents atau orang dewasa lainnya lakukan.
Permainan mengamati biasanya dilakukan oleh anak-anak berusia antara dua dan tiga tahun, dan khususnya biasa dilakukan oleh anak-anak kecil yang kosa katanya sedang berkembang.

Jangan abaikan pentingnya jenis permainan ini.
Ini adalah bentuk pembelajaran yang sehat dan bagian dari perjalanan bermain anak.
Menonton membantu anak-anak mendapatkan kepercayaan diri dan mempersiapkan tahap permainan di masa depan.
Selama bermain sebagai penonton, dengan mengamati dan mungkin meniru permainan orang lain, anak juga sedang membangun keterampilannya sendiri.

Anak mungkin menggunakan mainannya sendiri saat terlibat dalam permainan penonton, tetapi jenis permainan ini adalah tentang mengamati daripada bermain bersama orang lain, yang disebut permainan paralel.
Namun, anak-anak dalam permainan ini dapat mengomentari apa yang mereka lihat.
Mereka belajar tentang bagaimana anak-anak lain bermain dan berinteraksi.

 

4. Parallel Play (Permainan Paralel)

Tempatkan dua anak berusia tiga tahun di satu ruangan bersama dan kemungkinan besar kita akan melihat mereka bersenang-senang, bermain berdampingan di dunia kecil mereka sendiri.
Bukan berarti mereka tidak menyukai satu sama lain; mereka hanya terlibat dalam permainan paralel.
Jenis permainan ini dimulai sekitar usia dua tahun dan berbeda dengan bermain bersama karena tidak ada anak yang mencoba mempengaruhi permainan yang lain.

Meskipun memiliki sedikit kontak terbuka satu sama lain, anak-anak dalam permainan paralel belajar sedikit dari satu sama lain.
Meskipun tampaknya mereka tidak memperhatikan satu sama lain, mereka sebenarnya dan sering meniru perilaku teman bermain mereka.

Seperti setiap tahapan lainnya, jenis permainan ini merupakan jembatan menuju tahapan permainan selanjutnya.
Banyak jenis kegiatan, mulai dari menggambar hingga bermain dengan mobil-mobilan, dapat dilakukan selama bermain paralel.

 

5. Associative Play (Permainan asosiatif)

Permainan asosiatif biasanya dimulai sekitar usia tiga atau empat tahun.
Seperti permainan paralel, permainan ini menampilkan anak-anak bermain secara terpisah.
Namun dalam jenis permainan ini, anak-anak terlibat dengan apa yang dilakukan orang lain.

Pikirkan sekelompok kecil anak-anak yang membangun kota dengan balok.
Saat mereka membangun gedung masing-masing, mereka berbicara dengan satu sama lain, tetapi mereka bekerja sendiri.

Tahap permainan ini membantu si kecil mengembangkan berbagai keterampilan, seperti sosialisasi (apa yang harus kita bangun sekarang?), bergiliran (dapatkah aku memakai yang biru sekarang?), pemecahan masalah (bagaimana kita dapat membuat kota ini lebih besar ?), kerjasama, dan perkembangan bahasa.
Biasanya, bentuk permainan ini akan berakhir pada usia lima tahun.

 

6. Cooperative play (Permainan Berkelompok)

Bermain secara kooperatif adalah tempat semua tahapan berkumpul dan anak-anak benar-benar mulai bermain bersama.
Biasanya dimulai antara usia empat dan lima tahun, ini adalah jenis permainan yang dominan dalam kelompok anak-anak usia ini dan lebih tua, atau pada anak prasekolah yang lebih muda yang memiliki kakak atau telah berada di sekitar banyak anak.

Bermain kooperatif menggunakan semua keterampilan sosial yang telah dikerjakan anak dan mewujudkannya dalam tindakan.
Tahap bermain ini dapat mencakup berbagai jenis kegiatan bermain.
Apakah mereka sedang membangun teka-teki bersama, bermain permainan papan, atau menikmati aktivitas kelompok di luar ruangan, permainan kooperatif menyiapkan wadah untuk interaksi di masa mendatang seiring dengan kedewasaan anak.
Namun, anak-anak masih akan kembali ke tahap awal permainan dari waktu ke waktu.

 

7. Competitive Play (Permainan Kompetitif)

Tahapan bermain ini sangat penting untuk perkembangan sosial anak.
Begitu seorang anak mencapai tahap bermain kooperatif, kita mungkin melihat mereka mencoba jenis permainan lainnya.
Ini juga berkontribusi pada pengembangan keterampilan sosial, berpikir, dan fisik.

Saat anak Parents bergabung dengan tim olahraga atau bermain boardgame, mereka terlibat dalam permainan kompetitif yang membantu mereka belajar tentang aturan, bergiliran, menjadi bagian dari tim, dan realitas tentang menang dan kalah.
Permainan kompetitif juga dapat membantu anak-anak mengembangkan sikap sportif dan kemampuan mengatasi kekalahan.

 

8. Constructive Play (Permainan Konstruktif)

Permainan konstruktif mengajari anak-anak tentang membangun dan menyatukan berbagai hal.
Contohnya termasuk membangun dengan balok, Lego, atau magnetic tiles, membuat jalan untuk mobil mainan, atau membangun benteng dari bantal sofa.

Selama permainan konstruktif, anak-anak menggunakan keterampilan kognitif mereka untuk memikirkan cara membuat sesuatu bekerja dengan baik, seperti cara memperbaiki menara balok yang tidak dapat berdiri atau istana pasir yang terus runtuh.
Karenanya

 

9. Dramatic/Fantasy Play (Permainan Peran)

Saat anak bermain berpura-pura sedang berdandanan, bersekolah, atau makan di restoran, itu adalah permainan drama atau fantasi.
Melalui jenis permainan ini, imajinasi anak dilatih plus mereka belajar bagaimana bergiliran, bekerja sama, berbagi, dan mereka melatih perkembangan bahasa.
Bermain peran juga membantu mengajari anak-anak tentang bagaimana cara menjadi bagian dalam komunitas yang lebih besar.

 

10. Physical Play (Permainan Fisik)

Permainan fisik meliputi aktivitas seperti melempar bola, memanjat, mengendarai sepeda, atau memainkan permainan seperti kejar-kejaran.
Jenis permainan ini membangun keterampilan motorik kasar dan halus.
Permainan fisik mendorong anak-anak untuk mengembangkan keterampilan kebugaran dan menikmati aktivitas fisik, yang memberikan manfaat seumur hidup.

 

11. Symbolic Play (Permainan Simbolik)

Permainan simbolik adalah ketika anak-anak menggunakan objek untuk melakukan suatu tindakan.
Jenis permainan ini dapat mencakup aktivitas vokal (bernyanyi, bercanda, atau berteriak), seni grafis (menggambar, mewarnai, atau mengerjakan tanah liat), berhitung, atau bermain alat musik.
Permainan simbolik membantu anak belajar mengekspresikan diri dan mengeksplorasi serta memproses pengalaman, ide, dan emosi mereka.

 

Karena bermain sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, disarankan agar orang tua tidak melarang anaknya untuk bermain.
Faktanya, orang tua harus mencoba dan bermain dengan anak mereka kapan pun memungkinkan karena hal itu membuat bonding menjadi lebih mudah.
Selalu awasi anak kecil ketika mereka bermain dengan mainan untuk menghindari kecelakaan.

Pastikan anak memiliki kesempatan yang baik untuk bermain dan berinteraksi dengan anak-anak seusianya dengan mengajaknya ke taman atau tempat bermain.
Hal ini akan semakin membantunya membangun keterampilan sosial dan mengajarinya untuk berbagi.

 

Berbagai sumber