Cara mengurangi kecemasan pasca Penilaian Akhir Semester pada anak-anak

Stres pasca ujian, tes atau penilaian akhir semester adalah sensasi kecemasan dan kekhawatiran yang berkelanjutan setelah selesainya ujian.
Persaingan yang meningkat dan tekanan untuk berprestasi telah menciptakan bayangan kecemasan pada anak-anak.
Hal ini diidentikkan dengan kasus bunuh diri, depresi, dan keterasingan di kalangan anak dan remaja saat ini.
Bagi anak-anak dan remaja, serta orang tua atau pengasuh mereka, ujian dan berbagai jenis tes bisa menjadi bagian yang sulit dalam kehidupan sekolah.
Namun, ada strategi untuk mengurangi stres yang bisa melelahkan secara psikologis.
Anak-anak perlu diajarkan mengolah emosi yang tepat agar memiliki pikiran yang kuat.

Menurut survei kesehatan mental nasional di India baru-baru ini, 81 persen siswa sekolah yang disurvei menganggap “studi, ujian, dan hasil” sebagai sumber utama kecemasan.
Masalah-masalah ini menjadi lebih buruk ketika siswa beralih ke mata pelajaran yang lebih sulit.
Tekanan untuk unggul dalam hidup bisa sangat membuat stres.

Berikut langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi kecemasan pasca ujian pada anak-anak.

1. Bangun komunikasi anak dengan orang tua:

Anak-anak harus mulai terbiasa mengkomunikasikan masalah mereka dengan orang tua mereka.
Biasanya tekanan orang tua yang membuat anak takut untuk mendapatkan nilai yang lebih rendah atau tampil lebih rendah dari yang diharapkan.
Dengan bebas membangun percakapan yang baik dalam konteks ini, orang tua dapat membantu menghilangkan stres yang dialami anak.

Para ahli menyarankan bahwa jika nilai anak Parents kurang dari harapan, ini bukan waktunya untuk memarahi atau memberi tahu mereka bahwa ‘nilai adalah segalanya’.
Sebaliknya, hibur mereka jika mereka merasa rentan sambil mengingatkan mereka bahwa mereka masih bisa mencapai tujuan mereka.
Dr Samir Parikh, Director, Mental Health and Behavioral Sciences, Fortis Healthcare, mengatakan, “Jangan melihat anak Parents mendapat nilai kurang dari 100.
Sebaliknya, lihatlah seberapa banyak yang telah dicapai dibandingkan sebelumnya.
Belajarlah dari tanda-tanda ini, dan rencanakan bagaimana standar dapat dinaikkan lain kali.
Pendekatan orang dewasa, terutama sebagai orang tua, seharusnya membiarkan anak-anak terus tumbuh dengan setiap ujian.”
Dia menambahkan, “Jangan mengkritik atau menyalahkan anak itu.
Jangan katakan ‘ini adalah akhir dunia’, atau ‘karena kamu belum melakukannya dengan baik, kamu tidak akan pernah melakukannya dengan baik’.
Jika mereka sedang berjuang, ingatkan mereka tentang kisah perjuangan Parents sendiri dan bagaimana Parents melawan rintangan.
Beri tahu mereka tentang kisah serupa orang lain dan bagaimana mereka akhirnya berhasil dengan baik.
Bantu mereka melakukan introspeksi dan memuji mereka.
Jangan biarkan mereka merasa ditegur atau ditolak.
Selalu ada gambaran yang lebih besar, dan kita semua tahu bahwa dalam jangka panjang, nilai tidak penting.
Bakat, pendekatan atau sikap orang tua, dan keterampilan hidup juga merupakan faktor besar.”

2. Ajarkan self-talk positif

Dengan memiliki afirmasi dalam sikap mereka, anak dapat membuat diri sendiri adaptif jika emosi negatif mengambil alih.
Mereka harus mempraktikkan self-talk yang positif seperti “Aku sudah melakukan yang terbaik”, “Aku adalah siswa yang baik” dll.

3. Ajarkan strategi relaksasi

Karena anak cenderung memiliki imajinasi yang aktif, dalam keadaan tenang, mintalah mereka untuk mencoba memvisualisasikan suatu hal atau situasi.
Parents dapat meminta anak-anak untuk memejamkan mata dan mengidentifikasi situasi di mana mereka merasa bahagia, percaya diri, dan santai.
Dorong mereka untuk berbagi detail tentang pemandangan, suara, dan aroma di ruang tenang mereka.
Minta mereka untuk menarik napas dalam-dalam bersama.
Ini akan membuat mereka lebih baik menangani situasi kecemasan karena pikiran terasa rileks daripada diliputi oleh banyak pikiran yang terkait dengan ujian.

4. Biarkan anak memiliki hobi

Dengan memelihara hobi yang baik yang meningkatkan pertumbuhan mental dan fisik secara keseluruhan, anak-anak dapat dilatih menjadi kuat untuk beradaptasi saat merasa cemas.
Hobi seperti olahraga dan belajar alat musik tentu bisa membuat mereka lebih baik dalam mengenali emosi diri sendiri dan kelak membantu saat mendapatkan tekanan yang terkait dengan ujian.

5. Berikan support setiap saat

Anak-anak tidak langsung bisa terbiasa dengan segala sesuatu di sekitar mereka.
Mereka cenderung memandang dunia melalui orang tua, guru, dan teman sebayanya.
Mereka tahu bahwa nilai jelek itu tidak diinginkan dan dapat menciptakan emosi negatif.
Ini membuat mereka mengasosiasikan nilai dengan harga diri mereka.
Untuk mencegah skenario seperti itu, anak-anak harus diberi dorongan dalam segala hal dan tidak hanya dalam konteks kinerja dalam ujian.

 

Berbagai sumber